Manajeman Risiko di Anestesi
Manajemen risiko di anestesi
merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah atau mengendalikan terjadinya
risiko kesalahan, menghindari risiko dan efek negatif tertentu dalam anestesi.
Manajemen risiko dilakukan untuk mengurangi angka morbilitas dan mortalitas
yang berhubungan dengan anestesi. Strategi yang dapat digunakan dalam melakukan
manajemen risiko anestesi yaitu dengan mengecek dokumen dari peralatan, tidak
ada perubahan anestesi selama anestesi berlangsung dan kehadiran penuh waktu
sengan pekerjaan anestesi. Manajemen risiko melibatkan semua aspek perawatan
anestesi diantaranya yaitu : (1) deteksi masalah, (2) pengkajian masalah, (3)
implementasi solusi, dan (4) verifikasi efektivitas.
A.
Efek Samping
yang Berhubungan dengan Anestesi
Dibandingkan dengan anestesi yang dilakukan pada
dekade sebelumnya, anestesi sekaraang ini jauh lebih aman. Penelitian terbaru
melaporkan tingkat mortalitas esklusif dengan anestesi 1 : 100.000 – 1 :
500.000. Efek samping anestesi yang sering terjadi yaitu insiden cidera otak
parah (data base Jepang 1 : 170.000), gangguan kesadaran (kisaran 0,1 – 0,4%),
kerusakan saraf tepi yang berkaitan dengan penempatan persepsi (1 : 10.000)
karena blok saraf perifer, akar serabut tulang belakang atau kerusakan saraf
(0,15%) dan anafilaksis (0,01%), luka ringan yang termasuk kerusakan gigi aau
mata, nyeri atau gangguan rasa nyaman selama operasi, luka bakar dari prosedur
yang terkait praktik anestesi seperti penyiapan kateter vena sentral.
B.
Analisis insiden
terdiri 4 langkah :
1)
Identifikasi
masalah
Menditeksi faktor risiko sebelum kecelakaan terjadi.
Insiden umum dan serius harus ditangani segera.
2)
Penilaian
masalah (s) dan mengidentifikasi penyebab (terutama yang dicegah paling umum)
3)
Mengidnetifikasi
“Pelakunya” bukan bagian dari manajemen risiko. Inisiatif medis harus jelas
dipisahkan
4)
Identifikas dan
persiapan solusi periksa efektifitas perubahan kedepan.
C. Ancaman Terhadap Manjemen Risiko
Ancaman yang dapat terjadi yaitu adanya pemotongan
biaya dalam perawatan medis yang mungkin merupakan masalah utama dalam beberapa
anacaman. Tuntutan pasien yang mengharapkan standar yang lebih tinggi dan lebih
tinggi dari keamanan rumah sakit dan pimpinan rumah sakit menerapkan “untuk
berbuat lebih banyak dengan lebih sedikit” dan “untuk meningkatkan dengna sumber
daya yang sama”. Persiapan operasi yang kurang memadai paling sering memiliki
kemungkinan kesalahan paling sering. Risiko terjadinya kesalahan dapat terjadi
akibat rendahnya tingkat perawatan dan keselamatan yang ada.
D. Proses
Prosedur harus didokumentasikan dan direvisi secara
berkala. Daftar lengkap diluar ruang operasi yang membutuhkn protokol meliputi
evalusi anestesi, pra induksi evaluasi ulang, . selama periode perasi data
record dokumen data, kriteria transfer ke bangsal bedah, manajemen peralatan
dan memeriksa kembali peralatan-peralatan.
E.
Peralatan
Kebijakan
untuk pembelian peralatan harus tersedia dan termasuk kriteria keselamatan
pasien. Potokol untuk cek pra anestesi dan peralatan-peralatan harus
diperbaharui.
F.
Personil
Faktor anusia diangap
penyebab utama terjadinya kesalahan, dengan tingkat 70% samapai 80% dari kasus.
Petugas anestesi diharapkan menjadi terampil, berpengetahuan, berhati-hati saat
memantau pasien saat dianestesi, mempersiapkan peralatan-peralatan, dan siap
untuk mengelola pasien kritis yang menderita penyakit.
Untuk mengatasi
kesalahan yang terjadi akibat manusia maka disusun strategi yang dilakukuan.
Strategi ini termasuk pengawasan, evaluasi sebelum operasi, perbaikan
peralatan, dan pemantauan tambahan, prosedur khusus untuk meminimalisir
kesalahan manusia (yaitu pelabelan jarum suntik untuk menghindari swap jarum
suntik). Kedua pelatihan anestesi harus dilakukan yaitu dengan pelatihan
terkait pemberian topik keselamatan pasien dan kinerja manusia. Serelah
dilakukan pemberian topik selanjutnya akan dievaluasi secara berkala per
indiidu.
G.
Inisiatif
Baru-Baru Ini
Selama tahun 2008
organisasi keselamatan dunia WHO mengusulkan inisiatif tentang keselamatan
ruang operasi. WHO meluncurkan kampanye “Bedah Aman Penyelamatan Hidup” untuk
mengatasi keamanan perawatan bedah.
Mudah checklist keselamatan bedah untuk digunakan di kamar bedah diusulkan
sebagai alat utama. WSA diperbarui tahun 1993 mengeluarkan standart aman
praktek anestesi. Daftar periksa yang disorot yaitu peran sentral dari anestesi
yang terlatih dengan baik.
Pada tahun 2008,
American Society of Logist Anesthesio mengeluarkan pedoman produksi untuk
checkout (PAC) prosedur pa anestesi.pedoman meliputi 15 item tertentu untuk
diperiksa sebelum pengiriman anestesi. Pedoman ini juga mencangkup frekuensi
pemeriksaan dan pihak yang bertanggung jawab.
H.
Arah Masa Depan
Topik-topik
berikut harus menjadi bagian dari evolusi di masa depan :
1)
Banyak dokter
merasakan keengganan sesegera dan berkembang untuk menyusun statistik, mengisi formulir
atau membaca prosedur. Manajemen risiko harus menjadi efisien serta mampu
menghindari beban yang tidak perlu dan fokus untuk masalah yang relevan.
2)
Budaya
keselamatan belum menjadi konsep bersama anatara petugas kesehatan. “Baris
pertama” semua anggota harus lebih baik dalam semua aspek manajemen risiko
anestesi.
3)
Untuk
meminimalkan hasil negatif, perbaikan harus dilakukan dalam apa yang mendahului
dan mengikuti operasi. Sebuah evaluasi pra anestesi dapat dilakukan penilaian
risiko, persiapan pasien yang memadai, dan meminimalisir risiko..
4)
Pendidikan
pasien yang lebih baik dapat menjadi faktor keberhasilan manajemen risiko hal
ini mampu meminimalkan risiko terkait anestesi. American Society of
Anesthesiologist (ASA) dan SIAARTI
memberikan pasien kesempatan untuk belajar tentang praktek anestesi.
5)
Beberapa daerah
yang hampir sepenuhnya tidak tereksplore anestesi di ruang operasi dan rawat
jalan adalah bidang dengan tingkat risiko yang berpotensi tinggi.
6)
Manajemen resiko
terkait dengan perubahan sistem organisasi harus dilakukan solusi kreatif dan
inovatif yang ada dan diuji. Mode aman ditingkatkan dan dibuat lebih aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar